Kemampuan Generik Sains Pada Pembelajaran Fisika
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Memasuki milenium ketiga,
lembaga pendidikan dihadapkan pada berbagai tantangan yang berkaitan dengan
peningkatan mutu dan produk yang dihasilkannya. Di bidang sains, peningkatan
mutu pendidikan sangat diperlukan, karena kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh
perkembangan sains dan teknologi. Sebagaimana dinyatakan oleh National
Research Council (1996), bahwa di era sekarang ini (abad ke-21) dunia akan
dipenuhi dengan produk sains dan teknologi yang membuat setiap orang
membutuhkan pengetahuan sains dasar.
Persiapan sumber daya
manusia yang berkualitas merupakan kunci untuk memetik kemenangan di era
globalisasi ini. Tilaar (1999), menyebutkan ada tiga tuntutan SDM abad 21, yaitu
(1) manusia yang unggul, (2) manusia yang terus menerus belajar, (3) manusia
yang mengembangkan nilai.
Kurikulum Tingkast Satuan Pendidikan
(KTSP) menjelaskan bahwa selain utnuk meningkatkan kecerdasan, pendidikan juga
bertujuan meningkatkan keterampilan. Keterampilan sangat dibutuhkan untuk hidup
mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut . Begitu pula dengan
tujuan pembelajaran sains
termasuk Fisika
yaitu selain bertujuan membangun pengetahuan, belajar sains pada dasarnya harus
melibatkan kegiatan aktif siswa yang berupaya membangun kemampuan/keterampilan
dasar bekerja ilmiah.
Pada kenyataannya aspek pola
pikir ini jarang sekali diperhatikan oleh guru karena faktor ketidaktahuan.
Belajar sains mereka artikan sebagai suatu kegiatan sepenting menghafal suatu
konsep atau melakukan operasi hitung. Hal ini terlihat dari cara guru
membelajarkan materi sains khususnya fisika di sekolah secara tradisional
dengan memfokuskan pembelajaran pada pelatihan rumus-rumus, latihan soal
hitungan, dan menghafal konsep. Berkenaan dengan ini Liliasari (2007)
menyatakan bahwa pembelajaran sains di Indonesia umumnya masih menggunakan
pendekatan tradisional, yaitu siswa dituntut lebih banyak untuk mempelajari
konsep-konsep dan prinsip-prinsip sains secara verbalistis. Pembelajaran sains
secara tradisional ini masih berlangsung di banyak sekolah di Indonesia. Mereka
mengajar sains hanya mengacu pada buku ajar yang dimilikinya tanpa ada
penyesuaian dengan karakteristik peserta didiknya. Guru memandang bahwa model
pembelajaran tradisional merupakan suatu prosedur yang efektif dalam
membelajarkan materi sains. Padahal, model ini sesungguhnya hanya efektif dalam
hal penggunaan waktu mengajar, tetapi pola pikir siswa yang inovatif dan
kreatif dengan pola pikir tingkat tinggi serta kemampuan bekerja sama dengan
orang lain secara efektif tidak terkembangkan.
Selanjutnya, kemampuan generik juga penting bagi siswa karena
kemampuan ini sangat dibutuhkan oleh siswa dalam mengembangkan karir sesuai
dengan bidang masing-masing. Kemampuan generik tidak diperoleh secara tiba-tiba
melainkan keterampilan itu harus dilatih agar terus meningkat. Kemampuan generik sains merupakan kemampuan yang dapat
digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan menyelesaikan masalah dalam
sains (Brotosiswoyo, 2000). Oleh karena itu, kemampuan generik sains merupakan
kemampuan yang digunakan secara umum dalam berbagai kerja ilmiah, dan dapat
digunakan sebagai landasan dalam melakukan kegiatan laboratorium.
Tujuan pengembangan
kemampuan generik sains yaitu agar pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
dari hasil belajar akan dapat diaplikasikan pada bidang kehidupan sosial,
teknologi atau pada setiap perubahan konteks, namun yang lebih utama adalah
menghasilkan efisiensi yang lebih besar melalui pengetahuan dan penggunaan
keterampilan yang lebih efektif. Pengembangan kemampuan generik sains pada
materi pembelajaran sains akan menghasilkan kemampuan generik sains tertentu
sesuai karakteristik materi pembelajaran sains. Kemampuan generik sains yang
dapat dikembangkan juga tergantung pada disiplin ilmu yang diberikan melalui
penerapan proses pembelajaran.
Dalam
pembelajaran fisika, ada empat komponen utama yang harus dicapai oleh siswa.
Keempat komponen tersebut yaitu pemahaman, keterampilan, kemampuan, dan sikap ilmiah.
Diharapkan, ketika semua komponen tersebut dikuasai oleh siswa, dapat memberi manfaat pada siswa
untuk menambah wawasan, meningkatkan pola pikir dan sikap para siswa untuk
bekal di masyarakat dan melanjutkan di pendidikan yang lebih tinggi. Keempat komponen
tersebut dapat ditumbuhkembangkan melalui pengembangan kemampuan generik sains
pada siswa.
Berdasarkan hal
di atas, penulis tertarik untuk membuat suatu
makalah yang menjelaskan tentang kemampuan generik sains, yang secara khusus
dibahas pada materi Fisika.
Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang pengertian, indikator-indikator dalam kemampuan generik sains, manfaat pengembangan
kemampuan generik sains, serta contoh pengembangan kemampuan generik sains pada
materi fisika.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep dan indikator-indikator dalam
kemampuan generik sains?
2. Bagaimana pentingnya kemampuan generik sains dalam
pembelajaran sains khususnya fisika?
3. Bagaimana contoh pengembangan kemampuan generik sains
pada mata pelajaran fisika?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah
ini adalah untuk mendeskripsikan tentang :
1. Konsep dan indikator
keterampilan genrik sains.
2. Pentingnya kemampuan generik sains dalam pembelajaran
sains khususnya fisika.
3. Contoh pengembangan kemampuan generic sains pada mata
pelajaran fisika.
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
A. Definisi Kemampuan Generik Sains
Kemampuan generik sains adalah kemampuan yang bermanfaat dan penting
untuk semua lulusan perguruan tinggi. Kemampuan generik sains relevan, berguna,
dan menjadi penyokong pendidikan dan menjadi dasar untuk mendukung pembelajaran
sepanjang hayat (life-long learning). Kemampuaan generik umum untuk
semua lulusan, bukan spesifik milik bidang studi tertentu. Kemampuan generik
disebut juga sebagai keterampilan yang dapat ditransfer mengacu pada
keterampilan yang dikembangkan pada satu bidang (area) tertentu berfungsi
sebagai dasar untuk adaptasi dan perkembangan ketika ditransfer ke bidang
(area) lain. Beberapa ahli menyatakan pengertian
kemampuan generik sebagai berikut :
a) Kamsah (2004), keterampilan generik
merupakan keterampilan employability yang digunakan untuk menerapkan
pengetahuan. Keterampilan ini bukan keterampilan bidang pekerjaan tertentu,
namun keterampilan yang melintasi semua bidang pekerjaan pada arah horizontal
dan melintasi segala tingkatan mulai dari tingkat pemula hingga manajer
eksekutif pada arah vertikal.
b) National
Skill Task Force (Pumphey dan Slater, 2002), bahwa
keterampilan generik adalah keterampilan yang melintasi sejumlah pekerjaan yang
berbeda.
c) Kearns
(dalam Yeung et al.,2007) mendefinisikan keterampilan generik sebagai
keterampilan dan atributatribut untuk hidup dan bekerja.
d) Yeung
et al. (2007) menyatakan bahwa keterampilan generik sangat berguna untuk
melanjutkan pendidikan dan kesuksesan karir.
Kemampuan
generik dikenal dengan
sebutan kemampuan kunci, kemampuan inti (core
skill/core ability), kemampuan esensial, dan kemampuan dasa (Rahman, 2007).
Kemampuan generik ada yang secara spesifik berhubungan dengan pekerjaan, ada
juga yang relevan dengan aspek sosial.
Kemampuan generik dapat meliputi keterampilan: komunikasi, kerja
tim, pemecahan masalah, inisiatif dan usaha (initiative and enterprise), merencanakan dan mengorganisasi,
managemen diri, keterampilan belajar, dan keterampilan teknologi. Sementara itu, hal yang
berkaitan dengan atribut personal meliputi: loyalitas, komitmen, jujur,
integeritas, antusias, dapat dipercaya, sikap seimbang terhadap pekerjaan dan
kehidupan rumah, motivasi, presentasi personal, akal sehat, penghagaan positif,
rasa humor, kemampuan mengatasi tekanan, dan kemampuan adaptasi (Gibb dan
Rahman, 2007).
Menurut Education and Manpower Bureau (2004) kemampuan generic
merupakan dasar untuk membantu siswa belajar bagaimana belajar. Kemampuan
generik dikembangkan melalui pembelajaran dan pengajaran dalam konteks subjek
dan area yang berbeda, dan dapat ditransfer ke dalam situasi pembelajaran yang
berbeda.
B. Jenis Kemampuan Generik SAINS
Pada dasarnya, cara berpikir dan
berbuat dalam mempelajari berbagai konsep SAINS dan menyelesaikan masalah,
serta belajar secara teoritis di kelas maupun dalam praktik adalah sama, karena
itu ada kompetensi generik. Kompetensi generik adalah kompetensi yang digunakan
secara umum dalam berbagai kerja ilmiah.
Jika
memperhatikan kompetensi dasar dalam standar kompetensi dari BSNP (Badan
Standar Nasional Pendidikan), tampak bahwa yang dimaksud dengan kompetensi dasar adalah kompetensi
khusus yang berkaitan dengan suatu konsep. Kompetensi generik adalah kompetensi
yang lebih luas darSainsda kompetensi dasar. Kompetensi generik merupakan
kompetensi yang dapat digunakan untuk mempelajari berbagai konsep dan
menyelesaikan berbagai masalah SAINS. Dalam satu kegiatan ilmiah misalnya kegiatan
memahami konsep, terdiri dari beberapa kompetensi generik. Kegiatan-kegiatan
ilmiah yang berbeda dapat mengandung kompetensi-kompetensi generik yang sama.
Di
Hongkong, Curriculum Development Council mengidentifikasikan 9 jenis
keterampilan generik meliputi
1) Keterampilan
kolaboratif
2) Keterampilan
komunikasi
3) Kreativitas
4) Keterampilan
pemecahan masalah
5) Keterampilan
berpikir kritis
6) Keterampilan
numerasi
7) Keterampilan
teknologi informasi
8) Keterampilan
manajemen diri
9) Keterampilan
belajar (CDC Hongkong
Menurut
Brotosiswoyo (2000)
kemampuan generik SAINS dalam pembelajaran SAINS dapat dikategorikan menjadi 9
indikator yaitu : pengamatan langsung, pengamatan tak langsung, kesadaran
tentang skala besaran, bahasa simbolik, kerangka logika taat asas, inferensi
logika, hukum sebab akibat, permodelan matematika dan membangun konsep
C. Indikator
Kemampuan Generik Sains
Bedasarkan jenis-jenis
kemampuan generik yang dijelaskan di atas, ada beberapa indicator untuk
mengetahui ketercapaian kemampuan generik sains. Macam-macam indicator tersebut
dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Indikator Kemampuan Generik Sains.
No
|
Kemampuan
Generik SAINS
|
Indikator
|
1.
|
Pengamatan
langsung
|
a.
Menggunakan sebanyak
mungkin indera dalam mengamati percobaan/fenomena alam
b.
Mengumpulkan
fakta-fakta hasil percobaan atau fenomena alam
c.
Mencari perbedaan dan
persamaan
|
2.
|
Pengamatan
tidak langsung
|
a.
Menggunakan alat ukur
sebagai alat bantu indera dalam mengamati percobaan/gejala alam
b.
Mengumpulkan
fakta-fakta hasil percobaan fisika atau fenomena alam
c.
Mencari perbedaan dan
persamaan
|
3.
|
Kesadaran
tentang skala
|
Menyadari
obyek-obyek alam dan kepekaan yang tinggi terhadap skala numerik sebagai
besaran/ukuran skala mikroskopis atau pun makoskopis
|
4.
|
Bahasa
simbolik
|
a.
Memahami simbol,
lambang, dan istilah
b.
Memahami makna
kuantitatif satuan dan besaran dari persamaan
c.
Menggunakan aturan
matematis untuk memecahkan masalah/fenomena gejala alam
d.
Membaca suatu
grafik/diagram, tabel, serta tanda matematis
|
5.
|
Kerangka
logika (logical frame)
|
Mencari
hubungan logis antara dua aturan
|
6.
|
Konsistensi
logis
|
a.
Memahami
aturan-aturan
b.
Berargumentasi
berdasarkan aturan
c.
Menjelaskan masalah
berdasarkan aturan
d.
Menarik kesimpulan
dari suatu gejala berdasarkan aturan/hukum-hukum terdahulu
|
7.
|
Hukum
sebab akibat
|
a.
Menyatakan hubungan
antar dua variabel atau lebih dalam suatu gejala alam tertentu
b.
Memperkirakan
penyebab gejala alam
|
8.
|
Pemodelan
Matematika
|
a.
Mengungkapkan
fenomena/masalah dalam bentuk sketsa gambar/grafik
b. Mengungkap
fenomena dalam bentuk rumusan
c. Mengajukan
alternatif penyelesaian masalah
|
D.
Hubungan
Jenis Konsep dengan Kemampuan Generik
Dengan
berkembang pesatnya pengetahuan SAINS, maka pertambahan konsep-konsep SAINS
yang perlu dipelajari siswa juga sangat besar. Sebagai akibatnya perlu ada
pemilihan onsep-konsep esensial yang dipelajari siswa. Konsep-konsep esensial
dipilih berdasarkan pada pentingnya konsep tersebut untuk kehidupan siswa dan
pentingnya memberi pengalaman belajar tertentu kepada siswa, agar memperoleh
bekal keterampilan generik SAINS yang memadai. Untuk menentukan pengetahuan
SAINS yang perlu dipelajari siswa, pengajar perlu terlebih dahulu melakukan
analisis konsep SAINS yang ingin dipelajari (Liliasari, 2007).
Analisis
lebih lanjut dilakukan untuk menunjukkan hubungan antara jenis konsep-konsep
SAINS dengan keterampilan generik SAINS yang dikembangkan. Secara lebih rinci, dapat dilihat pada Tabel 2
berikut.
Tabel 2. Hubungan Jenis Konsep dengan Kemampuan
Generik Sains.
No
|
Kemampuan
Generik SAINS
|
Konsep
|
1.
|
Pengamatan
langsung
|
Konsep Konkrit
|
2.
|
Pengamatan
langsung/ tak langsung, inferensi logika
|
Konsep abstrak
dengan contoh konkrit
|
3.
|
Pengamatan tak
langsung, inferensi logika
|
Konsep Abstrak
|
4.
|
Kerangla
logika taat azas, hukum sebab akibat, inferensi logika
|
Konsep berdasarkan
prinsip
|
5.
|
Bahasa
simbolik, pemodelan matematika
|
Konsep yang
menyatakan simbol
|
6.
|
Pengamatan
langsung/tak langsung, hukum sebab akibat, kerangka logika taat azas,
inferensi logika
|
Konsep
menyatakan proses
|
7.
|
Pengamatan
langsung/ tak langsung, hukum sebab akibat, kerangka logika taat azas,
inferensi logika
|
Konsep
menyatakan sifat
|
Dalam
mempelajari konsep-konsep SAINS dibekalkan kemampuan berpikir yang kompleks.
Pada umumnya setiap konsep SAINS dapat mengembangkan lebih dari satu macam
keterampilan generik SAINS, karena itu mempelajari konsep SAINS pada hakekatnya
adalah mengembangkan keterampilan berpikir SAINS, yang merupakan berpikir
tingkat tinggi (Liliasari dkk, 2007)
E.
Penjabaran Jenis Kemampuan Generik dan Contohnya Lewat
Pembelajaran Fisika
1. Pengamatan Langsung
Pengamatan langsung yaitu mengamati objek yang diamati
secara langsung. Aspek pendidikan penting yang diperoleh dari melakukan
pengamatan langsung adalah bersikap jujur terhadap hasil pengamata, serta sadar
akan batas-batas ketelitian yang dilakukan. Contoh:
ü Mengukur dampak percepatan gravitasi
Bumi pada posisi benda saatdemi saat, misal di
laboratorium fisika dasar, seperti alat atwood.
ü Melihat
dua sinar putih yang dilewatkan sebuah prisma mengahsilkanuraian warna-warna
pelangi.
2. Pengamatan Tak Langsung
Keterbatasan indra menyebabkan banyak gejala dan
perilaku alam tidak dapat diamati secara langsung dan hanya dapat diketahui
melalui pengukuran dengan menggunakan suatu alat tertentu. Contoh:
ü Pada pokok bahasan listrik, merupakan salah satu objek
alam yang ada tetapi tidak dapat dilihat, didengar, atau dicium baunya sehingga
pengukuran dilakukan menggunakan alat seperti voltmeter, amperemeter, test-pen,
dan lain-lain.
ü Pada pokok bahasan fisika modern, topic-topik dalam
fisika modern penuh dengan objek-objek yang tidak dapat dilihat mata, seperti
molekul atom, proton, electron, dan sebagainya. Sebaiknya dalam mengajarkan
materi ini, pengajar jujur akan ketakbisaan dalam melihat objek.
3. Pemahaman Tentang Skala Besaran (Sense of Scale)
Ilmu
fisika merupakan ilmu pengetahuan yang memiliki cakupan paling luas. Dalam skala ruang ukuran, objek yang digarap
terentang dari yang sangat besar (jagat raya), sampai yang sangat kecil
(elektron). Ilmu fisika juga membahas ukuran skala waktu yang sangat
kecil seperti waktu paro dari pasangan positron-elektron. Padahal, mata
kita hanya bisa membedakan signal yang
muncul kira-kira 1/30 detik.
Mengacu pada contoh-contoh diatas,
maka perlu ditanamkan sense of scale. Tanpa kesadaran tentang sense of scales, bahasan itu akan kurang dipahami
makna konkretnya.
4.
Bahasa Simbolik
Banyak
perilaku alam, khusunya perilaku yang dapat diungkapkan secara kuantitatif,
yang tidak dapat diungkapkan dengan bahasa komunikasi sehari-hari. Sifat
kuantitatif tersebut menyebabkan adanya keperluan untuk menggunakan bahasa yang
kuantitatif juga. Dalam matematika, ada aljabar sederhana yang dapat digunakan.
Misalnya pada materi optika geometri untuk melukiskan pembesaran atau
pengecilan. Contoh lainnya, adalah persamaan diferensial untuk menggambarkan
pergerakan suatu benda.
5.
Kerangka Logika Taat Azas
Matematika
sebagai “bahasa” yang sangat cermat memiliki sifat yangmemudahkan kita menguji
ketaat-azasan (self consistency). Ada
keyakinan dalam ilmu fisika, berdasarkan pengalaman yang cukup panjang,
bahwa aturan alam memiliki sifat taat-asas secara logika (logically self-consistent).
Sebagai contoh adalah
keganjilan hukum mekanika newton dengan elektrodinamika Maxwell. Elektrodinamika meramalkan
bahwa kecepatan gelombang elektromagnetik tidak akan terpengaruh oleh gerak sumber maupun pengamatnya, sedangkan mekanika newton memperbolehkan kecepatan
objek bertambah atau berkurang sesuai dengan gerak sunber atau pengamatnya.
Keganjilan itu melahirkan teori relativitas enstein. Sehingga mekanika newton
harus dikoreksi agar keduanya taat azas secara logika.
6.
Inferensi Logika
Keyakinan akan peran logika dalam pengendalian hukum-hukum alam
menyebabkan matematika menjadi “bahasa” hokum alam yang sangat ampuh. Dari sebuah aturan yang
diungkapkan dalam matematika, kita dapat menggali
konsekuensi-konsekuensi logis yang dilahirkan melalui inferensi
logika. Tanpa melihat bagaimana sesungguhnya makna konkretnya, langkah ini
sering dilakukan dalam ilmu fisika. Inferensi merupakan kemampuan
generik yang ditujukan untuk membuat
suatu generalisasi atau mengambil suatu kesimpulan. Kesimpulan yang ditarik dapat berupa penjelasan atau interpretasi
dari hasil suatu observasi atau suatu
kajian atau berupa kesimpulan terhadap persoalan baru sebagai akibat logis dari kesimpulan-kesimpulan atau
teori-teori yang ada, tanpa melihat bagaimana makna
konkret sesungguhnya.
Contohnya adalah pada pembahasan relativitas enstein
yang membahas kecepatan cahaya sampai pada kesimpulan bahwa ada ekivalensi
antara massa benda dan energy (E=mc2). Hasil inferensi logika itu bukan ilusi
belaka, karena percobaan konkret dalam alam ini ternyata menunjukan kebenaran
kesimpulan dari inferensi logika enstein.
7.
Hubungan Sebab Akibat
Sebagian besar dari aturan fisika yang disebut
“hukum” adalah hukum sebab akibat. Pada bagian-bagian tertentu dari ilmu fisika
juga dikenal dengan istilah “korelasi” antara gejala alam, tetapi itu tidak
disimpulkan sebagai sebab-akibat.
Sebagai contoh, hukum
faraday yang disimpulkan dari pengamatan empirik, yang menyatakan bahwa jika
ada kumparan yang melingkari medan magnet, maka pada kumparan tersebut akan
timbul arus listrik. Besarnya arus listrik yang timbul, sebanding dengan
cepatnya perubahan medan magnet itu. Oleh karena itu, yang dilakukan adalah dengan secara sadar dan
dengan variasi yang berbeda-beda, mengubah kuat perubahan
medan magnet itu dan kemudian mengukur besar
arus yang terjadi. Pengamatan pada kumparan selalu menunjukkan bahwa arus
listrik yang timbul tepat seperti yang dilukiskan oleh aturan tersebut. Berdasarkan contoh di
atas, maka sebuah aturan dapat dinyatakan
sebagai hukum sebab-akibat apabila ada
“reproducibility” dari akibat sebagai fungsi dari penyebabnya, yang dapat
dilakukan kapan saja dan oleh siapa saja.
8.
Pemodelan Matematika
Rumus-rumus
yang melukiskan hokum-hukum alam dalam fisika adalah buatan manusia yang ingin
melukiskan gejala dan perangai alam tersebut, baik dalam bentuk kualitatif maupun kuantitatif.
Latihan pemodelan matematik
gejala-gejala alam dapat diajarkan dengan membuat
objek-objek yang sederhana. Sebagai contoh dalam fisika, dikenal peluruhan
bahan radioaktif, penentuan penurunan besar suhu secangkir kopi panas, dan
lain-lain.
9.
Membangun Konsep
Tidak semua gejala alam dapat dipahami dengan
menggunakan bahasa sehari-hari.
Seringkali kita membangun sebuah konsep atau pengertian baru yang tidak ada
padanannya dengan pengertian-pengertian yang sudah ada. Sebagai contoh, istilah
energy awalnya bukan istilah sehari-hari. Dari aturan mekanika newton, yang
bertolak dari pengertian gaya, kemudian dibangunlah sebuah konsep energy yang
didefinisikan sebagai ukuran sebuah potensi yang dapat dimanfaatkan untuk
melakukan suatu kerja atau usaha. Namun, sekarang istilah ini memasyarakat dan
dapat diartikan sebagai komoditi yang dapat diperdagangkan.
F.
Contoh Pengembangan Kemampuan Generik Sains pada Pelajaran Fisika
Contoh
pengembangan KGS pada pelajaran Fisika kali ini tentang pembelajaran materi
“Gerak Lurus”. Banyak sekali aspek-aspek kemampuan generic sains yang dapat
dikembangkan melalui pembelajaran materi “Gerak Lurus”. Deskripsi singkat
mengenai pembelajaran ini beserta identifikasi KGS dapat dilihat pada Tabel 2
di bawah ini.
Tabel 3. Identifikasi KGS pada Materi Gerak Lurus
Beraturan
Sub Topik
|
Gerak Lurus Beraturan
|
Konsep
|
Kecepatan Tetap
|
Uraian
|
Melalui pengkajian hasil
percobaan, siswa dapat memahami konsep GLB serta dapat ,menggambar grafik
hubungan x-t dan v-t, serta menginterpretasi grafik atau representasi ilmiah
lainnya dan mengaplikasi pengetahuannya dalam beberapa kasus
|
KGS yang Teridentifikasi
|
Kemampuan menginferensi
logika, Mendeskripsikan pengetahuan secara kualitatif atau kuantitatif , Menginterpretasi
representasi ilmiah, Kemampuan mengaplikasikan konsep
|
Tabel 4. Identifikasi KGS pada Materi Gerak Lurus Berubah
Beraturan
Sub Topik
|
Gerak Lurus Berubah Beraturan
|
Konsep
|
Percepatan Tetap
|
Uraian
|
Melalui pengkajian hasil
percobaan, siswa dapat memahami konsep GLBB serta dapat ,menggambar grafik
hubungan x-t, v-t, dan a-t serta menginterpretasi grafik atau representasi
ilmiah lainnya dan mengaplikasi pengetahuannya dalam beberapa kasus
|
KGS yang Teridentifikasi
|
Kemampuan menginferensi
logika, Mendeskripsikan pengetahuan secara kualitatif atau kuantitatif ,Menginterpretasi
representasi ilmiah, Kemampuan mengaplikasikan konsep
|
G.
Manfaat Penggunaan
Kompetensi Generik dalam Pembelajaran SAINS (SAINS)
Setiap kompetensi generik mengandung cara
berpikir dan berbuat, karena itu akan memudahan guru dalam meningkatkan
kompetensi generik siswa. Kompetensi generik terutama digunakan untuk
meningkatkan kompetensi siswa dalam mempelajari fenomena alam dan belajar cara
belajar. Karena kompetensi generik merupakan kompetensi yang digunakan
secaraumum dalam berbagai kerja ilmiah, pembelajaran yang meningkatkan
kompetensi generik siswa akan menghasilkan siswa-siswa yang mampu memahami
onsep, menyelesaikan masalah, dan kegiatan ilmiah lain, serta mampu belajar
sendiri dengan efektif dan efisien. Berikut ini manfaat penggunaan kompetensi
generik dalam pembelajaran SAINS (SAINS) yaitu :
•
Membantu guru
mengetahui apa yang harus ditingkatkan pada siswa dan membelajarkan siswa dalam
cara belajar.
•
Pembelajaran dengan
memperhatikan konsep generik dapat digunakan untuk mempercepat pembelajaran.
•
Dengan berlatih
kompetensi generik, setiap siswa dapat mengatur kecepatan belajarnya sendiri.
•
Meminimalisir
miskonsepsi siswa. (Sunyono, 2009 dalam Rimatusodik, 2011)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Kemampuan generik SAINS
adalah kemampuan dasar yang ditumbuhkan melalui proses belajar yang bermanfaat
dalam meniti karir dalam bidang yang luas,
dimana terdapat 9 indikator kemampuan generik SAINS yaitu
pengamatan langsung, pengamatan tidak langsung, kesadaran akan skala besaran,
bahasa simbolik, kerangka logika taat asas, inferensi logika, kesadaran akan
hukum sebab akibat, pemodelan matematika,
membangun konsep.
2.
Kemampuan
generik sains penting dalam pembelajaran fisika untuk
meningkatkan kompetensi siswa dalam mempelajari fenomena alam dan belajar bagaimana cara belajar.
3.
Kemampuan
generik sains dapat dikembangkan dalam pembelajaran fisika.
B.
Saran
1.
Guru harus mampu
mengembangkan kemampuan generik SAINS melalui berbagai kegiatan pembelajaran
yang berorientasi pada indikator-indikator kemampuan generik SAINS.
2.
Guru harus mampu
membuat proses belajar mengajar yang dapat menumbuhkan kebermaknaan konsep yang
didapat.
DAFTAR PUSTAKA
Abrucasto, J. 1988. Teaching Children Science. Englewood
Cliffs: Prenticce Hill.
Brotosiswoyo, B. S (2001). Hakikat Pembelajaran MSAINS di Perguruan
Tinggi Fisika. Jakata: Pusat Antar
Universitas Untuk Peningkatan Pengembangan Aktivitas Instruksional (PAU-PPAI)
Dirjen Dikti.
Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses SAINS. Jurnal Pendidikan Dasar VOL.7,
NO.1, 2006: 1-13.
Idris, tengku. 2010. Analisis Sikap
Ilmiah dan Keterampilan Proses SAINS Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Riau Tahun Akademis 2009/2010. Skripsi:
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP UNRI.
Liliasari, et al. (2007). “Scientific Concepts and Generic Science Skill
Relationship in The 21st Century Science Education”. Makalah pada Seminar Internasional I SPs UPI, Bandung.
Rahman, T et al (2007). “Peran Praktikum Dalam Membekali Kemampuan Generik
pada Calon Guru”. Makalah pada
Seminar Internasional Pendidikan SAINS I SPs UPI Bandung.
Rimatusodik,
Reva. 2011. Profil Keterampilan Generik Siswa SMP dalam Praktikum Kerusakan
Lingkungan Menggunakan Kotak Erosi.
Skripsi. Program studi pendidikan biologi fpmSains upi.
Rezba, J.R. et.al. .Learning
And Assessing Science Process Skill. Virginia: Kendall/Hunt Publishing
Company.
Rustaman,Y.N. et.al. 2005. Strategi
Belajar Mengajar Biologi. Common TextBook JICA Edisi Revisi. Bandung:
Jurusan Pendidikan Biologi FPMSAINS UPI.
Semiawan,C.T. et al. 1988. Pendekatan
Keterampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa Belajar. Jakarta:
Gramedia.
Semiawan,
C.R. et.al. 1992. Pendekatan
Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia
Widiasarana
Indonesia.
Stiggins, R.J. 1994. Students Centered Classroom Assessment. New York: Merill, Imprint Of Macmillan
College Publishing Company
Subali, Bambang. 2010. Pengukuran
Keterampilan Proses SAINS Pola Divergen Mata Pelajaran Biologi SMA Di Provinsi
DIY dan Jawa Tengah.. Jurdik Biologi FMSAINS
UNY Prosiding Seminar Nasional Biologi. 3 juli 2010.
Tilaar,
H.A.R. 1999. Beberapa Agenda Reformasi pendidikan Nasional dalam Perspektif
Abad 21. Magelang: Indonesia Tera.
Wulansari, S. 2011.Penggunaan
Laboratorium Nyata, Virual dan Kombinasi Nyata Virtual Pada Kegiatan Praktikum
Kultur Jaringan Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses SAINS
Siswa SMA. Thesis. Program studi
PMSAINS Kosentrasi Biologi. UPI Bandung.
Education and Manpower
Bureau (EMB). 2004. What is to be Learnt in the School Curricullum:
Generic Skills. [online]. Tersedia: http//www.Edb.gov.hk/index.aspx?nodeID.[19
Maret 2008].
Lampiran
1
Kisi-kisi Instrument Soal Pengembangan Kemampuan
Generik Sains
Mata pelajaran :
Fisika
Topik
: Gerak Lurus (GLB dan GLBB)
Tabel 5. Kisi-kisi
Instrument Soal Pengembangan Kemampuan Generik Sains
Indikator
Penguasaan Konsep
|
Indikator
KGS
|
Nomor
Soal
|
Siswa
mampu menjelaskan konsep GLB
|
Membangun
konsep
|
1
|
Siswa
mampu mengaplikasikan contoh GLB dalam kehidupan sehari-hari
|
Membangun
konsep, kerangka logika taat azas, inferensi logika, hokum sebab akibat
|
1
|
Siswa
mampu membedakan pengertian jarak dan perpindahan
|
Membangun
konsep, kesadaran tentang skala besaran, permodelan matematika
|
2
|
Siswa
mampu membedakan pengertian kecepatan dan kelajuan
|
Membangun
konsep, permodelan matematika, pengamatan tak langsung,
|
3
|
Siswa
mampu menggambarkan grafik hubungan v-t
|
tentang
skala besaran, bahasa simbolik, inferensi logika
|
4
|
Siswa
mampu mendefinisikan konsep jarak total, kecepatan rata-rata, dan percepatan
rata-rata
|
Membangun
konsep, permodelan matematika, inferensi logika
|
4
|
Siswa
mampu membaca dan menganalisis grafik hubungan v-t
|
Pengamatan
langsung, kesadaran skala besaran, inferensi logika, membangun konsep
|
5
|
Lampiran 2
Instrumen Soal Kemampuan Generik Sains
Mata pelajaran :
Fisika
Topik :
Gerak Lurus (GLB dan GLBB)
1. Dapatkah
dialam ini, suatu benda bergerak lurus beraturan secara terus menerus? Berikan
alasan beserta contoh dari jawaban yang anda kemukakan! (Skor 4)
2. Pagi
ini, Ani berangkat ke kampus dengan jalan kaki. Kampus ani, berada tepat di
sebelah timur rumahnya yang berjarak 1 km. Ani berjalan melewati sebuah gang
kecil, dimana gang tersebut tepat lurus menuju ke kampusnya. Ternyata, setelah
berjalan sejauh 400 m, buku ani tertinggal di rumah dan ia memutuskan untuk
kembali lagi kerumahnya.
Berdasarkan kejadian di atas,
berapa jarak dan perpindahan yang ditempuh ani dari rumah ke kampusnya? (Skor 4)
3. Sebuah
kereta ekspres, berangkat dari stasiun Bandung ke stasiun Semarang dan langsung
kembali lagi ke Stasiun Bandung. Dari Stasiun Bandung, kereta berangkat pukul
13.00 WIB dan sampai di Stasiun Semarang pukul 21.00 WIB. Kemudian, pada pukul
21.30 WIB, kereta berangkat kembali ke Stasiun Bandung, dan tiba di Stasiun
Bandung pukul 05.30 WIB. Jika jarak
antara kedua Stasiun tersebut adalah 500 km, berapa kecepatan dan kelajuan yang
dialami oleh kereta tersebut? (Skor 4)
4. Sebuah
mobil bergerak lurus dengan kecepatan awal 50 km/jam ke arah timur. Setelah
bergerak selama 20 detik, kecepatan mobil berubah menjadi 70 km/jam ke arah
timur. Lalu, 10 detik kemudian mobil kecepatan mobil berkurang menjadi 30
km/jam pada arah yang sama, dan selanjutnya mobil tersebut berhenti 5 detik
kemudian. Beradasarkan keterangan tersebut,
a.
gambarkan grafik
hubungan antara kecepatan dengan waktu tempuh mobil! (Skor 4)
b. hitung
jarak total yang ditempuh oleh mobil tersebut? (Skor 1.5)
c. hitung
besar kecepatan rata-rata mobil tersebut! (Skor
1.5)
d. hitung
besar percepatan rata-rata yang dialami
oleh mobil! (Skor 1.5)
5. Diberikan
sebuah ilustrasi gerak mobil seperti di bawah ini
|
Ass..
BalasHapusMau tanya, di mana ya bisa nemuin buku "Brotosiswoyo. 2000. Hakikat pembelajaran MIPA dan kiat pembelajaran kimia di perguruan tinggi. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional". Mohon bantuannya..